Bopelnews – Jejak Akulturasi Jawa dan Tionghoa dalam Kenyalnya Tahu Takwa Kediri
Sebagai salah satu peradaban tua di Jawa Timur, Kediri mempunyai aneka ragam kuliner yang cukup menarik. Sejumlah jenis kuliner itu hasil akulturasi budaya dari asing. Salah satunya adalah tahu kuning atau juga biasa disebut tahu takwa. Tahu tersebut secara visual cukup berbeda dengan tahu pada umumnya. Mulai dari bentuknya yang sama-sama kotak tapi lebih tebal, tekstur padat tapi kenyal, serta warna kuning yang mencolok. Selain bentuknya yang khas, tahu itu juga mempunyai kelebihan. Daya tahan yang relatif lama hingga rasa gurihnya yang terasa karena bisa langsung dimakan
Tahu kuning yang merupakan produk akulturasi budaya itu berkembang dari makanan harian menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan. Pembuatannya mulai dari skala rumahan hingga industri, termasuk sebagai buah tangan. Sehingga, keberadaan tahu tersebut banyak dijajakan di titik-titik strategis usaha. Sampai-sampai Kediri dikenal juga sebagai Kota Tahu
Jejak Akulturasi Jawa dan Tionghoa dalam Kenyalnya Tahu Takwa Kediri
Kampung tahu Selain pada rumah-rumah yang menjadi tempat usaha, pembuatan tahu juga tersebar dalam skala kawasan atau sentra. Jumlah sentra tahu ini ada beberapa. Di antara yang terbesar adalah sentra tahu Kampung Tinalan di Kota Kediri. Di sini ada sekitar 30 perajin yang rata-rata adalah generasi kedua. Berkunjung di kampung ini bisa melihat langsung bagaimana kedelai bisa berproses menjadi makanan berprotein tinggi
Salah satunya adalah tempat pengolahan tahu milik Siswanto yang melabeli produk tahunya dengan nama Mar ini. Aktivitas pembuatan tahu memakan waktu sekitar 6 jam lamanya. Proses tersebut dimulai dengan pembersihan dan perendaman kedelai sebagai bahan dasar. Lalu tahapan penghalusan menjadi semacam bubur kedelai, penyaringan hingga perebusannya