Bopelnews – Eksplorasi Peran AI dalam Birokrasi dan Pelayanan Publik
Kecerdasan buatan telah mendapatkan popularitas di era digital yang lebih maju dan memiliki potensi untuk mengubah layanan publik dan birokrasi, di antara aspek-aspek masyarakat lainnya.
Hal ini membuka kemungkinan penggunaan teknologi kecerdasan buatan untuk menangani sejumlah besar data yang terkait dengan administrasi publik. Kecerdasan buatan memiliki potensi yang sangat besar untuk mengubah proses pemerintahan dan meningkatkan standar layanan publik.
Chatbot dan bentuk kecerdasan buatan
Saat ini, chatbot dan bentuk kecerdasan buatan lainnya sering digunakan dalam layanan publik.
Program komputer yang dapat terlibat dalam pembicaraan singkat dengan pengguna dan memiliki interaksi cerdas menggunakan media teks atau audio.
Respons cepat chatbot terhadap pertanyaan umum dari masyarakat dapat meningkatkan efektivitas layanan publik. Proses administratif, perizinan, jadwal dan jam operasional, serta informasi umum lainnya dapat disertakan dalam pertanyaan umum ini.
Pembangkit listrik dan landasan udara yang rentan
Tidak hanya dapat membantu mempercepat layanan publik, tetapi juga digunakan dalam bidang pertahanan dan keamanan. Kecerdasan buatan berpotensi memungkinkan untuk menjaga infrastruktur dan ekonomi, termasuk pembangkit listrik dan landasan udara yang rentan.
Dapat diprogram untuk melakukan tugas-tugas seperti deteksi ranjau dan penjinakan bahan peledak yang sangat berisiko bagi manusia.
Sementara itu, birokrasi juga dipantau dan dikendalikan oleh kecerdasan buatan.
Dengan menawarkan informasi waktu nyata beserta sistem peringatan dini, pemrosesan data dan pengenalan pola perilaku anomali yang unggul dari kecerdasan buatan dapat berkontribusi untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi birokrasi saat ini.
Jika kualitas layanan menurun, ini bisa menjadi tanda bahwa stabilitas birokrasi sedang terancam.
Lebih jauh, kecerdasan buatan memiliki kemampuan untuk memeriksa sistem keuangan negara, memungkinkan deteksi cepat terhadap aktivitas penipuan atau transaksi yang tidak biasa.
Hasilnya, kecerdasan buatan dapat membantu Indonesia terhindar dari korupsi.
Ruang lingkup tujuan teknologi umum akan diubah oleh kecerdasan buatan karena banyaknya faktor keandalannya, seperti yang dibahas sebelumnya. Meskipun dimanfaatkan secara luas oleh sektor publik dan swasta, mayoritas belum memanfaatkan potensi besar kecerdasan buatan.
Selama dekade berikutnya, kecerdasan buatan akan berdampak signifikan pada berbagai industri, termasuk manufaktur, ritel, transportasi, hiburan, asuransi, pendidikan, hukum, kesehatan, keuangan, dan perikanan.
Kecerdasan buatan akan berdampak signifikan selama sepuluh tahun ke depan, menggantikan peran manusia dengan kecerdasan teknologi. Tampaknya skenario ini tidak dapat dimekanisasi saat ini juga. Pekerjaan dapat diselesaikan oleh mesin di masa depan, yang berarti hanya mesin yang kuat yang akan dibutuhkan. Namun, sudut pandang fungsi kecerdasan buatan di sektor publik tidak sepenuhnya akurat.
gagasan bahwa manusia dan kecerdasan buatan setara dalam hal kemampuan dan kapabilitas, meskipun ini tidak terjadi dalam praktik.
Meskipun kecerdasan buatan lebih unggul dalam hal akurasi, kecepatan, dan konsistensi logis, kecerdasan emosional, intuisi, kepekaan, dan budaya manusia akan jauh lebih berguna. Banyak orang percaya bahwa kemampuan komputer untuk belajar dan membuat penilaian berdasarkan informasi adalah yang membuat mereka begitu canggih.
Namun masyarakat tidak sepenuhnya memahami bahwa manusia dan mesin memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Singkatnya, kecerdasan buatan membuat keputusan dan mengambil tindakan cerdas, yang memungkinkannya mengenali sistem informasi dengan memaksimalkan tren yang relevan dan terkini.
Dengan demikian, sangat penting untuk meningkatkan kemungkinan kerja sama manusia-kecerdasan buatan. Keduanya akan jauh lebih produktif, dan tugas kognitif biasa tidak akan terancam oleh otomatisasi.
Eksplorasi Peran AI dalam Birokrasi dan Pelayanan Publik