Bopelnews –Sagu Piring, Kuliner Khas Tidore yang Wajib Dicoba
Setelah sagu dikeringkan hingga ketebalan tertentu, adonan sagu kemudian dicetak menjadi piring dan dipanggang di atas wajan tanah liat
Sagu piring merupakan salah satu makanan tradisional dari Tidore, Maluku Utara, yang merupakan warisan budaya kuliner masyarakat setempat.
Makanan ini terbuat dari sagu, salah satu komoditas utama di daerah Maluku yang telah lama menjadi sumber makanan pokok bagi masyarakat. Sagu piring memiliki bentuk yang sederhana berupa piring yang padat dan keras, dengan cita rasa yang khas, yaitu sedikit gurih dan cenderung netral.
Hal ini membuatnya cocok untuk dinikmati dengan berbagai lauk atau sebagai pendamping minuman hangat seperti teh atau kopi. Proses pembuatan sagu piring diawali dengan pengolahan sagu basah yang diambil dari batang pohon sagu.
Setelah sagu dikeringkan hingga ketebalan tertentu, adonan sagu kemudian dicetak menjadi piring dan dipanggang di atas wajan tanah liat atau alat tradisional lainnya yang disebut forna.
Proses pemanggangan dilakukan dengan api kecil agar sagu matang merata dan menghasilkan tekstur yang padat namun tetap renyah. Dalam beberapa tradisi, sagu lempeng juga dibuat dengan tambahan parutan kelapa atau sedikit gula agar memberikan rasa manis alami, meskipun versi aslinya biasanya hanya terdiri dari sagu tanpa bahan tambahan lainnya.
Sebagai makanan yang sarat nilai budaya, sagu lempeng tidak hanya menjadi makanan sehari-hari, tetapi juga memiliki makna sosial dan ritual. Makanan ini kerap dihidangkan pada berbagai acara adat dan upacara keagamaan, seperti pesta rakyat, pernikahan, dan perayaan hari besar keagamaan.
Dalam konteks masyarakat Tidore, sagu lempeng melambangkan kesederhanaan dan keberlanjutan hidup, yang mencerminkan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam. Kehadirannya yang tak pernah pudar seiring waktu menunjukkan bagaimana masyarakat setempat terus mempertahankan tradisi kulinernya di tengah arus modernisasi.
Kebutuhan Gizi
Selain itu, sagu lempeng juga memiliki nilai ekonomi yang penting bagi masyarakat Tidore. Banyak keluarga di
Sagu lempeng kerap dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Tidore, membawa cerita tentang kekayaan budaya Maluku Utara. Namun, tantangan utama dalam melestarikan tradisi ini adalah ancaman kerusakan lingkungan akibat eksploitasi hutan sagu yang berlebihan.
Oleh karena itu, diperlukan upaya konservasi baik dari segi budaya maupun lingkungan agar tradisi pembuatan sagu lempeng tetap lestari. Secara gizi, sagu lempeng merupakan sumber energi yang baik karena kandungan karbohidratnya yang tinggi.
Meski tidak banyak mengandung protein maupun vitamin, sagu lempeng kerap dipadukan dengan lauk-pauk berprotein tinggi seperti ikan bakar, sup ikan kuning, atau sambal colo-colo yang merupakan lauk-pauk khas masyarakat Maluku.
Perpaduan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga menciptakan cita rasa yang serasi dan menggugah selera. Dengan mengonsumsi sagu lempeng, masyarakat Tidore tak hanya menjaga keberlangsungan tradisi kuliner, tetapi juga menghargai warisan leluhur yang telah diwariskan turun-temurun selama berabad-abad.