Bopelnews – Barcelona menderita di bawah kepemimpinan Hansi Flick.
Barcelona sedang melalui masa sulit di bawah asuhan Hansi Flick. Meski tidak selalu berdampak buruk, blogger menghadapi serangkaian konsekuensi negatif. Kekalahan terakhir terjadi saat menjamu Atletico Madrid, sekaligus memperburuk kondisinya.
Dalam tujuh pertandingan terakhirnya di La Liga, Barcelona menang sekali, seri dua kali, dan kalah lima kali. Dengan hanya lima poin dari 21 yang tersedia, ia kehilangan tempat pertama di depan matanya. Memang benar, awal musim yang menjanjikan telah meningkatkan ekspektasi tinggi di kalangan penggemar.
Performa buruk di rumah
Salah satu permasalahan utamanya adalah buruknya performa Barcelona di kandang sendiri. Ia mengalami tiga kekalahan beruntun di hadapan pendukungnya, yang terakhir terjadi pada tahun 1965 dan 1987.
Selain itu, kuncinya juga patut diperhatikan. Barcelona telah kebobolan setidaknya satu gol dalam delapan pertandingan terakhirnya di La Liga. Ini menjadi rekor terburuk mereka sejak musim 2018, saat mereka memenangi 11 pertandingan berturut-turut.
Total, Barcelona menderita lima kekalahan liga musim ini. Sebagian besar kekalahan tersebut terjadi dalam satu setengah bulan terakhir, termasuk dari Real Sociedad (0-1), Las Palmas (1-2), Leganés (0-1), dan Atletico Madrid (1-2). Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai alasan penurunan signifikan ini.
Dibandingkan dengan era Xavi
Dibandingkan musim lalu di bawah asuhan Xavi, situasi saat ini terlihat lebih buruk. Dalam 19 pertandingan musim ini, Barcelona mencatatkan total kekalahan yang sama seperti sepanjang musim 2022/23.
Barcelona hanya kalah enam kali dalam 38 pertandingan musim lalu, mengalahkan klub-klub seperti Real Madrid, Girona, dan Villarreal. Namun tahun ini mereka hanya kalah lima pertandingan di semifinal.
Perbedaan lainnya adalah jumlah pintu keluar. Barcelona mencatatkan tujuh hasil imbang musim lalu, namun hanya dua kali seri pada musim ini. Kurangnya hasil imbang mencerminkan gaya Flick yang agresif dan berani mengambil risiko, di mana setiap pertandingan seringkali berakhir dengan kemenangan atau kekalahan.
Meskipun perilaku ini menarik, namun memiliki konsekuensi negatif. Fleksibilitas di lini pertahanan nampaknya menjadi kelemahan yang harus segera diperbaiki jika Barcelona ingin kembali bersaing di La Liga.