Bopelnews – Backpacking Pilihan Populer Bagi Generasi Milenial dan Gen Z
Gaya hidup backpacking, yang dulu identik dengan perjalanan murah meriah dan penuh tantangan, kini semakin diminati oleh generasi milenial dan Gen Z. Berbeda dengan perjalanan konvensional yang mengutamakan kenyamanan, backpacking mengajak para petualang untuk merasakan pengalaman sejati dengan membawa tas punggung dan mengandalkan anggaran terbatas. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, cara backpacking kini mengalami perubahan signifikan, terutama di kalangan wisatawan muda.
“Backpacking itu nggak hanya soal jalan-jalan hemat, tapi juga soal mencari pengalaman yang autentik. Walaupun, teknologi sekarang bikin segalanya lebih mudah,” ujar Arief, seorang backpacker yang baru saja kembali dari perjalanan keliling Asia Tenggara. “Dulu, kita harus bawa peta dan tidur di tenda. Sekarang, tinggal buka aplikasi, cari hostel murah, dan semua udah tersedia. Tapi, tetap harus pinter-pinter ngatur anggaran,” tambahnya.
Dari Backpacker Tradisional ke Backpacker Digital
Saat backpacking pertama kali populer pada dekade 1980-an, kegiatan ini lebih berfokus pada perjalanan mandiri yang melibatkan eksplorasi alam dan berinteraksi langsung dengan penduduk lokal. Namun, di era sekarang, banyak backpacker yang memanfaatkan aplikasi digital untuk merencanakan perjalanan mereka. Situs seperti Booking.com, Airbnb, dan Hostelworld kini menjadi andalan utama bagi mereka yang ingin mencari tempat menginap yang terjangkau dan nyaman.
“Backpacking dulu itu lebih ke ‘wild’ dan spontan, sekarang semua bisa diatur lewat smartphone. Ada aplikasi untuk cari transportasi, makan, bahkan hostel yang sesuai budget,” kata Rika, seorang backpacker yang sedang menjelajahi Bali. “Tapi walaupun ada teknologi, backpacking tetap soal mendapatkan pengalaman asli, bukan hanya foto untuk Instagram,” lanjutnya.
Menginap di Hostel atau Homestay: Pilihan Favorit Backpacker Modern
Salah satu daya tarik utama backpacking adalah menginap di tempat yang sederhana dan murah, seperti hostel atau homestay. Para backpacker cenderung memilih penginapan dengan fasilitas dasar, namun tetap bersih dan nyaman. Hostel juga memberikan kesempatan untuk bertemu dengan sesama pelancong dan berbagi cerita perjalanan.
Menurut Dedi, seorang backpacker yang pernah menjelajahi beberapa negara di Eropa, hostel memberikan suasana yang unik dan menyenangkan. “Di hostel, kita bisa bertemu orang dari berbagai negara dan bertukar pengalaman. Selain itu, biaya menginapnya lebih murah, jadi lebih banyak uang yang bisa dipakai untuk eksplorasi,” jelasnya. Namun, Dedi juga mengingatkan bahwa backpacking modern tetap memerlukan pengaturan anggaran yang cermat.
Tantangan Baru: Backpacking dengan Anggaran Terbatas di Era Inflasi
Meskipun backpacking dikenal sebagai perjalanan hemat, tantangan baru muncul di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Inflasi dan kenaikan harga barang dan jasa di beberapa negara membuat banyak backpacker berpikir dua kali sebelum melakukan perjalanan.
“Memang sih, sekarang semua serba mahal, apalagi setelah pandemi. Dulu bisa tinggal di hostel murah, sekarang harganya udah naik drastis. Tapi masih ada cara untuk tetap hemat, seperti memilih transportasi umum atau makan di warung lokal,” ujar Andi, backpacker yang baru saja berkeliling Filipina.
Untuk mengatasi hal ini, banyak backpacker yang mulai mengatur anggaran lebih ketat, dan beberapa memilih untuk menginap di tempat yang lebih sederhana lagi, seperti Couchsurfing, di mana mereka bisa menginap di rumah penduduk lokal secara gratis. “Tantangannya tetap ada, tapi itulah serunya backpacking. Semua bisa diatur dengan bijak,” kata Andi.
Sosial Media: Pengaruh Besar dalam Backpacking Modern
Backpacking kini semakin terhubung dengan dunia digital, dan sosial media memainkan peran besar dalam membentuk pengalaman para backpacker. Banyak yang mengunggah foto-foto perjalanan mereka ke Instagram atau TikTok, sehingga mempengaruhi pilihan destinasi dan cara mereka berpetualang. Bahkan, beberapa tempat yang sebelumnya jarang dikenal kini menjadi sangat populer setelah dibagikan oleh backpacker melalui platform sosial media.
“Instagram itu jadi alat yang powerful banget untuk menemukan tempat-tempat baru. Banyak yang datang ke Bali hanya karena foto yang mereka lihat di feed,” ujar Rika. “Tapi ya, kita juga tetap harus hati-hati. Jangan sampai tujuan utama kita jadi cuma foto-foto, harus tetap nikmati perjalanan dan budaya lokal.”
Backpacking: Antara Tradisi dan Inovasi Digital
Meskipun backpacking modern lebih terhubung dengan teknologi, semangat petualangan dan eksplorasi tetap menjadi inti dari perjalanan ini. Dengan anggaran terbatas, banyak backpacker yang mencari cara untuk menghemat biaya sekaligus mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Jadi, meskipun kita hidup di dunia yang semakin digital, backpacking tetap mengajarkan kita tentang kemandirian, ketahanan, dan pentingnya merasakan dunia dengan cara yang lebih sederhana.
Bagi mereka yang ingin mencoba backpacking, satu hal yang pasti: dunia ini penuh dengan peluang, tantangan, dan petualangan baru—baik di alam bebas, maupun di dunia maya! Backpacking Pilihan Populer Bagi Generasi Milenial dan Gen Z