Bopelnews – Menyantap Sebungkus Nasi Jinggo Bali, Murah dan Pas di Perut
Nyoman Artana (45) menyulap bagasi mobilnya menjadi lapak nasi jinggo di pinggir Jalan Ahmad Yani, Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Di antara hiruk-pikuk sore menjelang malam, dia tampak sibuk mempersiapkan lapaknya pada Kamis (21/11/2024). Ia menyusun tumpukan nasi berbungkus daun pisang di atas nampan. Suasana di sekitar tempatnya berjualan mulai ramai, meskipun langit masih belum sepenuhnya gelap
Sekitar pukul 18.00 Wita, Nyoman sudah siap dengan segala perlengkapan untuk menjual nasi jinggo. Makanan khas Bali ini terkenal dengan harganya yang terjangkau. Di lapak milik Nyoman, sebungkus nasi jinggo bisa didapat hanya seharga Rp 5.000. “Meskipun harganya murah, tapi tidak murahan,” ujarnya sambil tertawa saat ditemui Kompas.com pada Kamis petang di Buleleng
Menyantap Sebungkus Nasi Jinggo Bali, Murah dan Pas di Perut
Saya selalu menjaga kualitas dan rasa, walaupun harganya hanya Rp 5.000,” lanjutnya. Di lapaknya yang sederhana, ia melayani pelanggan yang datang silih berganti. Beberapa pembeli tampak memilih nasi jinggo dengan jenis lauk apa yang akan mereka ambil. Ada yang memilih ayam suwir, ada pula yang memilih cumi, ati ampela, atau ikan. Semua lauk tersebut disajikan dalam porsi kecil yang pas. Cukup mengisi perut namun tetap membuat penasaran untuk membeli lagi. “Setiap malam saya buka lapak, bisa sampai 50 bungkus nasi jinggo yang terjual. Ada yang beli untuk dibawa pulang, ada juga yang makan langsung di sini,” kata Nyoman. Ia mengatakan, pelanggan nasi jinggo di lapaknya kebanyakan adalah orang-orang yang sudah sering datang. “Kadang-kadang mereka makan di sini sambil nongkrong. Jadi saya sediakan kursi dan karpet lesehan,” lanjutnya
Salah satu pelanggan nasi jinggo di lapak Nyoman, Gede Setiadi mengaku hampir setiap hari membeli nasi jinggo untuk makan malam. Bukan cuma karena murah, tapi karena rasanya yang pas dan porsinya yang cukup untuk mengisi perut setelah seharian ia bekerja. “Porsinya pas tidak banyak tapi tidak sedikit. Cukup untuk makan malam buat orang seperti saya yang tidak makan banyak,” katanya. Setiap kali membeli, Gede tidak pernah kesulitan memilih lauk. Sejak awal, ia sudah memiliki pilihan favorit, yaitu ayam suwir dengan tambahan sambal yang pedas. Meski begitu, sesekali ia suka mencoba lauk lain seperti cumi atau udang jika sedang merasa ingin menikmati sesuatu yang berbeda. “Harganya hanya Rp 5.000 per bungkus sangat ramah di kantong,” tutupnya