Bopelnews– Mengenal Teknologi EAA untuk Akses Jaringan Anti hacker Berbasis Identitas
Teknologi Enterprise Application Access (EAA) mengadopsi pendekatan Zero Trust Network Access (ZTNA), apa itu?
Perusahaan keamanan siber dan penyediaan konten, Akamai Technologies, meluncurkan inovasi terbaru berupa layanan Enterprise Application Access (EAA).
Solusi ini hadir sebagai jawaban atas tantangan keamanan siber yang semakin akses jaringan yang aman ke aplikasi perusahaan.
EAA mengadopsi pendekatan Zero Trust Network Access (ZTNA) yang mana mengasumsikan bahwa tidak ada pengguna atau perangkat yang dapat dipercaya secara penuh, sehingga setiap akses ke jaringan harus melalui verifikasi ketat.
Dengan EAA, akses hanya diberikan ke aplikasi yang dibutuhkan oleh pengguna, berdasarkan identitas, konteks, dan keamanan perangkat mereka, sehingga mengurangi risiko keamanan dan memperkecil serangan.
Mengutip keterangan resmi dari Akamai, berikit ini fitur utama dari EAA:
- Akses Tanpa VPN: EAA menghilangkan kebutuhan akan VPN tradisional, yang sering kali menjadi target utama para hacker. Ini menyediakan akses langsung ke aplikasi melalui browser tanpa perlu menginstal perangkat lunak tambahan di perangkat klien.
- Keamanan Berbasis Identitas: Setiap usaha akses ke aplikasi di periksa dan diverifikasi melalui identitas pengguna, memastikan bahwa hanya pengguna yang berwenang yang bisa mengakses aplikasi yang relevan.
- Adaptif dan Responsif: EAA memungkinkan keputusan akses adaptif berdasarkan data real-time seperti lokasi pengguna, waktu akses, dan kondisi keamanan perangkat. Ini berarti akses dapat diizinkan atau ditolak berdasarkan konteks yang dinamis.
- Integrasi dengan Ekosistem Keamanan: EAA bekerja dengan baik dengan berbagai provider identitas dan sistem manajemen keamanan perusahaan, termasuk SIEM, untuk memberikan lapisan keamanan yang terintegrasi.
Kerugian Akibat Kejahatan Siber Diramal Tembus Rp 164,7 Kuadriliun di 2025
Di sisi lain, Director of Payment Ecosystem Risk and Control Visa, Lim Kah Wee, memperingatkan atas bahaya serangan siber terhadap sektor bisnis di masa depan. Khususnya bagi para pelaku bisnis sekelas UMKM yang kini banyak bertebaran di Indonesia.
Lim menyatakan, kasus cyber crime saat ini sangat progresif, hingga menciptakan kerugian bisnis triliunan rupiah. Pelaku kejahatan siber saat ini sudah sangat terorganisir sebagai sebuah entitas bisnis.
Penjahat Siber Manfaatkan AI
Dengan perangkat AI, Lim menyebut pelaku kejahatan siber bisa dengan mudah membobol data keuangan individu maupun perusahaan. Ini jadi semacam peringatan bagi suatu negara agar lebih memperhatikan sistem keamanan digital.
“Jadi mereka memanfaatkan apapun yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan uang. Semisal lewat real time payments, monetisasi dengan cepat,” imbuhnya.
Singkatnya, ia meminta badan otoritas suatu negara untuk memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI. Sehingga, Lim berharap tak akan ada banyak rekening yang telah terkoneksi dengan sistem digital, simpanannya bakal terkuras habis di masa depan.